Menjernihkan Hati
Syekh Abdul Qadir Jaelani
“Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat
dan peliharalah kami dari siksa neraka.” [QS Al Baqarah : 201]
Rasulullah SAW bersabda : “Sesungguhnya hati ini benar-benar berkarat
dan sesungguhnya [cara] menjernihkannya adalah [dengan] membaca Al
Quran, mengingat mati dan menghadiri majelis-majelis zikir.”
Hati itu berkarat, jika memang si pemiliknya menyadari apa yang telah
digambarkan oleh Nabi SAW di atas. Jika tidak, maka ia akan berubah
hitam kelam. Ia menghitam karena jauh dari [pancaran] cahaya. Ia
menghitam karena kecintaannya pada dunia dan kepemilikannya tanpa sikap
wara’. Memang, barang siapa yang di dalam hatinya sudah bercokol kuat
kecintaan pada dunia, maka hilanglah rasa wara’ nya. Ia menjadi
sembarangan mengumpulkan duniawi dari yang halal dan haram. Kesadaran
untuk memilah dalam mengumpulkan harta telah hilang, dan rasa malunya
pada Tuhan-nya dan pengawasanNya telah lenyap.
Wahai manusia !
terimalah resep Nabi kalian dan segeralah menjernihkan hati kalian
dengan obat yang telah beliau deskripsikan pada kalian. Jikalau salah
seorang di antara kalian terserang sakit, lalu dokter memberinya resep
obat padanya, tentu saja hidupnya akan berubah dan akan langsung
menggunakannya.
Awasilah selalu Allah dalam kesendirian dan
keramaianmu. Jadikanlah Ia pusat pandangmu hingga kalian seolah-olah
melihatNya, dan jika kalian tidak bisa melihatNya, maka [ingatlah
selalu] bahwasanya Dia Melihatmu. Barang siapa yang berzikir menyebut
Allah ‘Azza wa Jalla dengan hatinya, maka ia benar-benar seorang
pezikir, dan tidaklah disebut pezikir orang yang tidak berzikir
menyebutNya dengan hatinya. Lisan [bibir] adalah pemuda hati dan
subcordinatnya. Senantiasalah menyimak petuah, sebab jika hati absen
dari petuah, maka ia menjadi buta.
Hakikat taubat adalah
mengagungkan perintah Al Haqq ‘Azza wa Jalla dalam segala kondisi.
Sebagian kaum [shaleh] menuturkan “segala kebaikan [terangkum] dalam dua
kata : pengagungan perintah Allah ‘Azza wa Jalla dan cinta kasih pada
makhlukNya. Setiap orang yang tidak mengagungkan perintah Allah ‘Azza wa
Jalla dan tidak menyayangi makhluk Allah, maka ia jauh dari Allah.”
Allah mewahyukan pada Musa AS, “sayangilah [makhluk-Ku] hingga Aku
menyayangimu, maka ia pun akan Ku sayangi dan akan Ku masukkan ke dalam
surga Ku.” Sungguh beruntung orang yang penyayang [tetapi kalian, wahai
manusia] umur kalian sia-sia dalam perilaku, “mereka makan, kami juga
makan, mereka minum, kami juga minum, mereka berpakaian, kami juga
berpakaian …”
Barangsiapa yang menginginkan kebahagiaan, maka
sebarkanlah nafsu dirinya dari [mengkonsumsi] hal-hal yang haram,
syubhat dan syahwat. Juga hendaklah ia bersabar menjalankan perintah
Allah SWT dan menjauhi laranganNya, serta menyetujui takdirNya. Kaum
shaleh senantiasa bersabar bersama Allah SWT dan tidak bersabar dariNya.
Mereka bersabar demi Dia dan didalamNya. Mereka bersabar agar bisa
bersamaNya. Mereka hanya memohon agar Dia berkenan menganugerahkan pada
mereka kedekatan denganNya. Mereka keluar dari rumah-rumah hawa nafsu
dan tabiat mereka serta senantiasa membawa syara’ bersamanya. Mereka
berjalan menuju Tuhannya. Meskipun menemui petaka, kesusahan,
penderitaan, musibah, mendung, masalah, lapar, dahaga, ketelanjangan,
kenistaan dan kehinaan, mereka tetap tidak memperdulikannya dan tidak
urung kembali [membatalkan] perjalanan mereka, serta tidak berubah
sedikitpun dari lintasan yang mereka lalui. Mereka terus maju ke depan
tanpa sedikit pun melambatkan perjalanan mereka. Mereka terus berbuat
demikian hingga kekekalan hati dan qalib [fisik] bisa dicapainya.
Wahai manusia ! berusahalah bertemu dengan Al Haqq ‘Azza wa jalla dan
malulah denganNya jika belum menemuiNya. Rasa malu orang Mukmin pada
Allah SWT, kemudian pada makhluknya hanya terkait dengan masalah agama
dan pelanggaran batasan syara’. Ia tidak boleh malu, apalagi minder
dalam [menjalankan] agama Allah, menegakkan ketentuan-ketentuanNya dan
melaksanakan perintahNya.
“Dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk [menjalankan] agama Allah.” [QS An Nur : 2]
Barang siapa yang benar-benar mengikuti Rasulullah SAW, maka beliau
akan memakaikannya baju besi dan topi perang, menyerahkan beliau
kepadanya, membekali kesantunan perilaku dan akhlak beliau, serta
memakaikannya jubah kebesarannya. Beliau juga sangat senang dengannya
sebagai sosok umatnya dan bersyukur pada Allah SWT atas hal tersebut.
Beliau kemudian mengangkatnya sebagai deputinya dalam komunitas umatnya,
serta pembimbing jalan menuju Al Haqq ‘Azza wa Jalla. Maka tatkala Al
Haq ‘Azza wa Jalla menjemput ajalnya, maka Diapun mengangkat salah
seorang umatnya untuk menggantikan [tugas]nya. Orang-orang inilah yang
merupakan manusia-manusia pilihan, jumlahnya hanya 1 berbanding 1 juta
jiwa. Mereka membimbing manusia dan bersabar menghadapai siksaan sambil
terus memberi nasihat pada mereka. Mereka tersenyum di muka kaum munafik
dan durjana, serta memikat mereka dengan segala upaya demi membersihkan
kotoran yang ada dalam diri mereka untuk kemudian menggandeng mereka
menuju pintu Tuhan mereka ‘Azza wa Jalla.
Diriwayatkan dari
beberapa kaum shaleh, “Tidak tertawa di depan muka orang fasik kecuali
orang yang arif.” Ia tertawa di depan si fasik dan memperlihatkan
kepadanya bahwa ia memang tidak mengenalnya, namun ia mengetahui
kebobrokan rumah agamanya dan kehitaman muka hatinya oleh gumpalan daki
dan kotoran. Orang yang fasik dan munafik menyangka bahwa keduanya bisa
menyembunyikan perkara mereka dari orang arif dan ia pun tidak
mengetahui mereka. Sungguh tidak, sekali lagi tidak ada kemuliaan
sedikitpun pada mereka. Mereka tidak dapat bersembunyi dari orang arif,
karena ia mengetahui mereka hanya dengan lirikan, tatapan, kata dan
gerakannya. Ia bisa melihat lahir dan batin mereka. Tidak diragukan
lagi, celakalah bagi kalian. Kalian pikir, kalian bisa menyembunyikan
kebusukan kalian dari kaum shidiqqin yang arif dan alim ? sampai kapan
kalian akan mensia-siakan usia dalam kehampaan ? carilah orang yang
dapat membimbingmu menuju jalan akherat, hai orang yang tersesat !
Allah Maha Besar di atas kalian, hai orang-orang yang mati hati dan
musyrik dengan sarana-sarana duniawi ! kalian juga, hai para penyembah
berhala ! kekuatan dan daya mereka, pekerjaan, modal, penguasa negeri
dan arah-arah yang mereka tuju, sesungguhnya mereka terhijab dari Allah
SWT. Setiap orang yang memandang kemudaratan dan kemanfaat berasal dari
selain Allah SWT, maka ia bukanlah hambaNya, akan tetapi ia adalah hamba
yang memandang hal itu [kemudaratan dan kemanfaatan] sebagai berasal
darinya. Hari ini [di dunia], mereka telah berada dalam api Neraka
Jahanam. Tidak ada orang yang bisa selamat dari Neraka Allah ‘Azza wa
Jalla kecuali orang-orang yang bertakwa, mengesakan ikhlas, dan
orang-orang yang bertaubat.
Bertaubatlah dengan hatimu, baru
kemudian dengan lisanmu. Taubat merupakan inti perubahan, yang merubah
kuasa hawa nafsu, setan dan kolega-kolegamu yang buruk. Jika engkau
bertaubat, maka ubahlah fungsi pendengaran, penglihatan, lisan, hati dan
seluruh anggota tubuhmu. Murnikanlah makanan dan minumanmu dari kotoran
haram dan syubhat. Suburkanlah rasa wara’mu dalam pekerjaan, dan jual
belimu. Jadikanlah citamu hanya tertuju pada Al Mawla junjunganmu ‘Azza
wa Jalla. Hapuslah kebiasaanmu dan gantikan tempatnya dengan beribadah.
Hapuskanlah kemaksiatan dan gantikan ia dengan ketaatan. Lalu carilah
hakikat dengan tetap memegang keshahihan syariat dan kesaksiannya, sebab
setiap hakikat yang tidak dipersaksikan oleh syariat, maka ia adalah
ke-zindiq-an.
Jika instruksi ini telah engkau realisasikan,
maka akan datang padamu kefanaan dari akhlak yang tercela dan dari
memandang seluruh makhluk. Ketika itulah, lahirmu akan terpelihara dan
batinmu sibuk dengan Tuhanmu ‘Azza wa Jalla. Jika hal ini telah mewujud
sempurna dalam dirimu, maka dunia akan datang di hadapanmu dengan
sisi-sisinya, lalu menempatkanmu sebagai bagiannya, dan seluruh makhluk
mengikutimu, dari yang pertama hingga yang akhir. Semua itu tidak akan
mudarat bagimu serta tidak akan mengubahmu dari pintu Al Mawla
Junjunganmu ‘Azza wa Jalla, sebab engkau telah berdiri bersamaNya,
menerimaNya, dan asyik tenggelam denganNya, memandang kebesaran dan
keindahanNya. Engkau hancur tercerai-berai, ketika memandang
kebesaranNya, lalu engkau menyatu kembali, ketika memandang
keindahanNya. Engkau takut ketika menatap kebesaranNya, serta berharap
ketika menatap keindahanNya. Bergetar ketika menyaksikan kebesaranNya,
dan kokoh ketika menyaksikan keindahanNya. Sungguh bahagia orang yang
telah mencicipi makanan ini.
Ya Allah berilah kami makan dari makanan kedekatan-Mu dan minumilah kami dengan minuman kemesraan-Mu.
“Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat
dan peliharalah kami dari siksa neraka.” [QS Al Baqarah : 201]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar